Tugas Mata Kuliah : Teori Komunikasi Pendidikan
Dosen Pengampu :
Prof.Dr.Efendi Napitupulu, M.Pd
MEMBANGUN KOMUNIKASI EFEKTIF
Disusun Oleh :
Wildan
Diapari Hasibuan
Berliana
Marpaung
Rut
Melarty
Elfrida
Lubis
Afner
Siahaan
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI
MEDAN 2012
KATA
PENGANTAR
Puji dan
syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang atas Rahmat dan Kuasa-Nya
maka kelompok IV dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“MEMBANGUN KOMUNIKASI EFEKTIF” dengan baik.
Penulisan
makalah adalah merupakan salah satu tugas dan prasyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Teori Komunikasi.
Dalam penulisan makalah
ini kelompok IV menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, khususnya kepada :
1. Bapak
Dosen Pengampu Prof. Dr. Efendi Napitupulu, M.Pd
2. Rekan-rekan
semua di kelas B Teknologi Pendidikan Semester II
Dalam makalah ini tim
merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang dimiliki tim. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan tujuan utama makalah ini.
Sekian dan selamat
membaca…
Medan,
03 Februari 2012
Tim
Penyusun,
Kelompok
IV
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR………………………………………………………….. i
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………… 1
A. Latar
Belakang……………………………………………….
B. Tujuan………………………………………………………..
C. Rumusan
Masalah……………………………………………
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………..
A. Komunikasi
Efektif………………………………………….
1. Pengertian
Komunikasi Efektif…………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Komunikasi dalam pembalajaran dewasa ini
mendapatkan perhatian yang luar biasa. Hal ini dilatarbelakangi pentingnya
memilih cara komunikasi dalam proses pembelajaran agar kegiatan tersebut
mencapai tujuan secara efektif dan efesien. Komunikasi menjadi salah satu
factor penentu keberhasilan dalam proses pembelajaran. Komunikasi yang efektif
berkolerasi dengan tingkat keberhasilan pembelajaran.
Komunikasi secara etimologis berasal
dari bahasa Latin Communication
mengacu pada kata comunis yang
berarti sama makna. Komunikasi ialah penyampaian pesan dari komunikator (sender) kepada komunikan (receiver) melalui media tertentu dan
menyebabkan efek. Berdasarkan defenisi yang ada di atas dapat diambil pemahaman
bahwa :
a. Komunikasi
pada dasarnya merupakan suatu proses penyampaian informasi. Dilihat dari sudut
pendang ini, kesuksesan komunikasi tergantung kepada desain pesan atau
informasi dan cara penyampaiannya. Menurut konsep ini pengirim dan penerima
pesan tidak menjadi komponen yang menentukan.
b. Komunikasi
adalah proses penyampaian gagasan dari seseorang kepada orang lain. Pengirim
pesan atau komunikator memiliki peran yang paling menentukan dalam keberhasilan
komunikasi, sedangkan komunikan atau penerima pesan hanya sebagai objek yang
pasif.
c. Komunikasi
diartikan sebagai proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang
disampaikan. Pemahaman ini menempatkan tiga komponen yaitu pengirim, pesan dan
penerima pesan pada posisi yang seimbang. Proses ini menuntut adanya proses
enconding oleh pengirim dan decoding oleh penerima, sehingga informasi dapat
bermakna.
Sedangkan pembelajaran dapat dimaknai
sebagai interaksi antara pendidik dengan peserta didik yang dilakukan secara
sengaja dan terencana serta memiliki tujuan yang positif. Keberhasilan
pembelajaran harus didukung oleh komponen-komponen intruksional yang terdiri
dari pesan berupa materi belajar, penyampaian pesan yaitu pengajar, bahan untuk
menuangkan pesan, peralatan yang mendukung kegiatan belajar, teknik atau metode
yang sesuai, serta latar atau situasi yang kondusif bagi proses pembelajaran.
Dalam konteks komunikasi, proses belajar
mengajar dapat dipahami sebagai proses komunikasi antara komunikator (guru) dan
komunikan (murid). Guru dapat mengkomunikasikan pengalaman, ilmu, ide dan
gagasan serta nilai-nilai yang dimilikinya kepada para muridnya dengan harapan
bahwa muridnnya dapat menerimanya dan mengaplikasikannya. Aktivitas komunikasi
tersebut tidak dapat dilakukan dengan sembarangan akan tetapi harus dilakukan
upaya-upaya tertentu agar sesuatu yang disampaikan tersebut dapat diterima
dengan mudah dan dimengerti oleh para murid.
Proses belajar mengajar tidak terlepas
dari tiga komponen utama yaitu guru, siswa dan bahan ajar. Proses belajar
merupakan interkasi antar berbagai unsure, dengan unsure utama adalah siswa,
kebutuhan berbagai sumber, serta situasi belajar yang memberikan kemungkinan
kegiatan belajar. Meskipun demikian guru merupakan factor yang cukup
menentukan, seperti melakukan pengembangan bahan ajar serta perangkat lainnya.
Guru juga menjadi posisi sentral karena guru memiliki otoritas dalam menentukan
penggunaan metode yang akan digunakan dalam penyampaian bahan ajar supaya
diterima oleh murid dengan efektif.
B.
Tujuan
Tujuan
dari makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang komunikasi yang
efektif dalam kegiatan pembelajaran dan hukum-hukumnya.
C.
Rumusan
masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas maka komunikasi memegeng peranan kunci dari keberhasilan
proses belajar mengajar. Oleh sebab itu diperlukan sebuah komunikasi yang
efektif. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimanakah membangun sebuah
komunikasi yang efektif?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Komunikasi
Efektif
1.
Pengertian
Komunikasi Efektif
Komunikasi
merupakan suatu proses yang melibatkan dua orang atau lebih dan didalamnya
terjadi pertukaran informasi dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.
Terdapat dua jenis komunikasi yaitu komunikasi lisan dan tulisan. Di dalam
komunikasi, terdapat lima elemen yang terlibat yaitu sender (pengirim informasi), receiver
(penerima informasi), informasi, feed
back, dan media. Masing-masing elemen tersebut saling mempengaruhi dalam
keberhasilan komunikasi secara keseluruhan. Dengan demikian masing-masing elemen
memiliki peran dan fungsi sendiri-sendiri yang saling mendukung antara satu
dengan lainnya, saling terkait dan tidak dapat saling meniadakan.
Komunikasi
yang efektif dapat diartikan sebagai penerimaan pesan oleh komunikan atau receiver sesuai dengan pesan yang
dikirim oleh sender atau komunikator,
kemudian receiver atau komunikan
memberikan respon yang positif sesuai dengan yang diharapkan. Jadi, komunikasi
efektif itu terjadi apabila terdapat aliran informasi dua arah antara
komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai
dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Atau dapat pula disebut
komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang
yang terlibat dalam komunikasi, yang bertujuan untuk memberi kemudahan dalam
memahami pesan yang disampaikan antara pemberi dan penerima sehingga bahasa
lebih jelas, lengkap, pengiriman dan umpan balik seimbang dan melatih
penggunaan bahasa nonverbal secara baik.
Hal
yang harus menjadi perhatian utama dan sering kita lupa adalah, receiver (penerima informasi) dari
proses belajar mengajar adalah manusia, maka sudah selayaknya seorang pendidik
memperlakukan siswanya “sebagai manusia”, bukan memperlakukannya sebagai mesin
atau objek yang tidak memiliki perasaan. Sudah saatnya komunikasi yang terjadi
di dalam proses belajar mengajar merupakan sebuah komunikasi berkualitas yang
mengedepankan rasa “kemanusiaan”, dengan demikian akan tercapai sebuah kualitas
dari komunikasi yang efektif yang akan berefek pada peningkatan kualitas diri
setiap orang yang terlibat di dalamnya.
Menurut Stephen Covey, komunikasi
merupakan keterampilan yang paling penting dalam hidup kita. Kita menghabiskan
sebagian besar waktu di saat kita sadar dan bangun untuk berkomunikasi. Sama
halnya dengan pernafasan, komunikasi kita anggap sebagai hal yang otomatis
terjadi begitu saja, sehingga kita tidak memiliki kesadaran untuk melakukannya
dengan efektif. Dia juga menekankan konsep kesalingtergantungan (interdependency)
untuk menjelaskan hubungan antar manusia. Unsur yang paling penting dalam
komunikasi bukan sekedar pada apa yang kita tulis atau kita katakan, tetapi
pada karakter kita dan bagaimana kita menyampaikan pesan kepada penerima pesan.
Komunikasi efektif dapat terbentuk apabila terdapat aliran informasi dua arah antara
komunikator dan komunikan serta informasi tersebut sama-sama direspon sesuai
dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Guna mewujudkan hal tersebut
setidaknya ada lima aspek yang perlu dipahami dan dilakukan dalam membangun
komunikasi yang efektif. Kelima aspek
tersebut adalah :
a. aspek kejelasan
Informasi yang akan disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan harus disampaikan dengan bahasa pengantar yang
jelas dan sama-sama dipahami oleh kedua pihak. Hal ini dimaksudkan bahwa dalam
komunikasi harus menggunakan bahasa dan mengemas informasi secara jelas,
sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.
b. aspek ketepatan
Ketepatan atau akurasi ini menyangkut
penggunaan bahasa pengantar yang benar dan kebenaran informasi yang disampaikan
oleh komunikator kepada komunikan.
c. aspek konteks
Konteks atau sering disebut dengan
situasi adalah bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan
keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi. Keadaan yang demikian
akan menciptakan iklim komunikasi yang santai dan memudahkan komunikan dalam
menyerap apa yang disampaikan oleh komunikan karena sesuai dengan situasi yang
ada pada saat itu.
d. aspek alur
Bahasa dan informasi yang akan disajikan
harus disusun dengan alur atau sistematika yang jelas, sehingga pihak yang
menerima informasi cepat tanggap.
e. aspek budaya
Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa
dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan tatakrama
dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya
orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun
nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi. (EndangLestari G : 2003)
Merujuk pada pendapat Stephen Covey,
syarat utama dalam komunikasi efektif adalah karakter yang kokoh yang dibangun
dari integritas pribadi yang kuat seorang komunikan. Komunikator dalam konteks
komunikasi pendidikan adalah seorang guru. Integritas pribadi seorang guru akan
menghasilkan kepercayaan dan merupakan fondasai utama dalam membangun
komunikasi yang efektif. Pribadi yang berintegritas berarti pribadi yang jujur
dalam segala hal. Proses belajar mengajar dapat dilandasi dengan semangat dan
jiwa persahabatan antara guru dan murid, dalam hal ini kejujuran mengambil
peran penting karena tidak ada persahabatan yang lebih baik dari sekedar kejujuran
(honesty). Kejujuran mengatakan kebenaran atau menyesuaikan kata–kata
kita dengan realitas. Integritas adalah menyesuaikan realitas dengan kata–kata
kita. Integritas bersifat aktif, sedangkan kejujuran bersifat pasif. Seorang
guru akan menjadi faktor yangterus disorot oleh siswa, oleh karena itu seorang
guru diharapkan bisa menjadi teladan yang baik bagi siswa dalam setiap
perilakunya.
Setelah
pendidik memiliki fondasi utama dalam membangun komunikasi yang efektif, maka
hal berikutnya yang perlu mendapatkan perhatian adalah tentang 5 Hukum Komunikasi Yang Efektif (The 5
Inevitable Laws of Effective Communication). Kelima hukum tersebut adalah respect,
empathy, audible, clarity, dan humble yang disingkat REACH yang berarti merengkuh
atau meraih. Komunikasi itu pada dasarnya adalah sebuah upaya untuk meraih
perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon
positif dari orang lain.
2. 5 Hukum
Komunikasi Efektif
a.
Hukum pertama : Respect
Hukum pertama dalam mengembangkan
komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang akan
menjadi sasaran pesan yang di sampaikan. Guru dituntut dapat memahami bahwa ia
harus bisa menghargai setiap siswa yang dihadapinya. Rasa hormat dan saling
menghargai merupakan hukum yang pertama dalam berkomunikasi dengan orang lain
karena pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Membangun
komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati akan dapat
membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang dapat meningkatkan
efektivitas kinerja guru baik sebagai individu maupun secara keseluruhan
sebagai tim. Salah satu prinsip paling dalam sifat dasar manusia adalah
kebutuhan untuk dihargai. Penghargaan terhadap individu adalah suatu kebutuhan
yang harus dipenuhi. Ini adalah suatu rasa lapar manusia yang tak terperikan
dan tak tergoyahkan sehingga setiap individu yang dapat memuaskan kelaparan
hati tersebut akan menggenggam orang dalam telapak tangannya. Selain itu
penghargaan yang tulus terhadap individu dapat membangkitkan antusiasme dan
mendorong orang lain melakukan hal–hal terbaik. Guru yang memberikan
penghargaan secara tulus kepada para murid maka akan dihargai pula oleh
muridnya dan menjadikan proses belajar mengajar menjadi sebuah proses yang
menyenangkan bagi semua pihak.
b.
Hukum kedua: Emphaty
Empati adalah kemampuan kita untuk
menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain.
Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita
untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau
dimengerti oleh orang lain. Dengan memahami dan mendengarkan orang lain
terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita
perlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain. Rasa empati
akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan (message) dengan
cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver)
menerimanya. Komunikasi di dunia pendidikan diperlukan saling memahami dan
mengerti keberadaan, perilaku dan keinginan dari siswa. Rasa empati akan menimbulakan
respek atau penghargaan, dan
rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam
membangun sebuah suasana kondusif di dalam proses belajar-mengajar. Jadi sebelum
kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan
memahami dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan kita
akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologi atau penolakan dari penerima.
c. Hukum ketiga: Audible
Hukum audible berarti adalah
dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Berbeda dengan hukum yang kedua
yakni empati dimana guru harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima
umpan balik dengan baik, maka audible adalah menjamin bahwa pesan yang
disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan dengan baik. Dalam rangka mencapai hal tersebut maka pesan harus disampaikan
melalui media (delivery channel) sehingga dapat diterima dengan baik
oleh penerima pesan. Hal itu menuntut kemampuan guru dalam menggunakan berbagai
media maupun perlengkapan atau alat bantu audio-visual yang dapat membantu
supaya pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh para murid.
d. Hukum keempat: Clarity
Hukum clarity adalah kejelasan
dari isi pesan supaya tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai macam
penafsiran. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparasi.
Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang
ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust)
dari penerima pesan. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga
dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme siswa dalam proses
belajar-mengajar. Dengan cara seperti ini siswa tidak akan menganggap lagi
proses belajar-mengajar sebagai formalitas tetapi akan mengganggapnya sebagai
sebuah kebutuhan pokok bagi kehidupannya.
e. Hukum kelima:
Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi
yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait
dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya
didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Kerendahan hati merupakan
suatu cara agar orang lain merasa nyaman (care) karena ia merasa sejajar
sehingga memudahkan komunikasi dalam dua arah. Komunikasi yang efektif dalam
proses pembelajaran sangat berdampak terhadap keberhasilan pencapaian tujuan.
Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara
komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai
dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Jika dalam pembelajaran
terjadi komunikasi yang efektif antara pengajar dengan siswa, maka dapat dipastikan
bahwa pembelajaran tersebut berhasil.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka
para pengajar, pendidik, atau instruktur pada lembaga-lembaga pendidikan atau
pelatihan harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Kemampuan komunikasi
yang dimaksud dapat berupa kemampuan memahami dan mendesain informasi, memilih
dan menggunakan saluran atau media, serta kemampuan komunikasi antar pribadi
dalam proses pembelajaran. Pembelajaran sebagai subset dari proses pendidikan
harus mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan,
yang pada ujungnya akan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Agar pembelajaran dapat mendukung peningkatan mutu pendidikan, maka dalam
proses pembelajaran harus terjadi komunikasi yang efektif, yang mampu memberikan
kefahaman mendalam kepada peserta didik atas pesan atau materi belajar.
Hal yang terakhir yang harus ada di
dalam diri para pendidik adalah sikap mental yang dipenuhi semangat dan
kesungguhan. Semua teori yang disebutkan di atas tidak akan cukup berat jika
memang tidak dibarengi dengan sebuah kesungguhan dan semangat yang kita singkat
dengan SOUL (4 SPIRIT FOR SOUL)
yakni:
·
Spirit for Servicing
Hai ini mungkin
menjadi sesuatu yang sering dilupakan insan pendidikan. Pekerjaan mulia yang
ada dihadapan seringkali tidak dibungkus dengan sebuah semangat yang tulus
untuk melayani. Melayani murid tercinta, melayani orang yang memberikan
kepercayaan kepada Anda, melayani cikal bakal kader bangsa calon penyelamat
bangsa untuk keluar dari krisis.
·
Spirit for giving an Ouststanding
Performance
Menaikkan level
pelayanan Anda menjadi pelayanan dengan semangat memberikan Ouststanding
Performance semangat memberikan hasil yang terbaik bagi semua tugas dan
pelayanan.
·
Spirit for Understanding
Hal selanjutnya
yang tidak kalah penting adalah semangat yang tulus yang muncul dari dalam diri
untuk lebih mendengarkan dan mengerti keinginan siswa yang Anda didik.
·
Spirit for Loving
Memunculkan
semangat untuk lebih mencintai siswa seperti anak sendiri dan cintai mereka
seperti kita mencintai diri sendiri. Lakukanlah hal ini, maka siswa akan
melihat ketulusan kita untuk kemudian akan bersama-sama dengan kita meraih
kesuksesan dalam proses belajar mengajar.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
a.
Pembelajaran sebagai subset dari proses
pendidikan harus mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas
pendidikan, yang pada ujungnya akan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas
sumber daya manusia.
b.
Komunikasi efektif dalam pembelajaran
merupakan proses transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari
pendidik kepada peserta didik, dimana peserta didik mampu memahami maksud pesan
sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, sehingga menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah laku menjadi
lebih baik.
c.
Lima elemen yang terlibat dalam
komunikasi efektif adalah sender, receiver, informasi, feed back dan media.
d.
5 Hukum komunikasi yang efektif yaitu
respect (sikap menghargai), emphaty (kemampuan mendengar), audible (dapat
didengarkan /dimengerti dengan baik), clarity (jelas) dan humble (rendah hati)
B. Saran
1.
Agar pembelajaran dapat mendukung
peningkatan mutu pendidikan, maka dalam proses pembelajaran harus terjadi
komunikasi yang efektif, yang mampu memberikan kefahaman mendalam kepada
peserta didik atas pesan atau materi belajar.
2.
Untuk membangun komunikasi efektif seseorang
harus memiliki karakter yang kokoh yang dibangun dari integritas pribadi yang
kuat, karena seorang pendidik menjadi factor yang terus disorot oleh siswa,
oleh karena itu apabila Anda seorang pendidik diharapkan bisa menjadi teladan
yang baik bagi siswa dalam setiap perilakunya.
DAFTAR
PUSTAKA
Endang Lestari G. dan MA. Maliki, Komunikasi yang
Efektif ( Modul Pendidikan Dan
Pelatihan), LAN-RI,
2006.
Dr. Sumardi, M.Sc. 2006 “Pengembangan
Potensi Diri Rahasia Karyawan – Perusahaan Membangun Sukses”: Makalah
disampaikan pada Achievement Motivation Training 2006.
Sumardi, (200?) “pengembangan
Kompetensi dan Kompetensi dan Kepribadian dan Kompetensi Sosial”: Makalah
disampaikan pada TOT Kompetensi Sosial PPPG Bahasa Jakarta 2006.
http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2002/04/1/man01.html
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/032007/03/99forumguru.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar