BAB I
PENDAHULUAN
Istilah
Kurikulum Pada mulanya digunakan pada dunia olahraga pada zaman yunani kuno,
kurikulum adalah berasal dari dari curir artinya pelajari dan curere artinya
tempat berpacu. Curriculum artinya jarak yang harus ditempu oleh pelari. Mengandung
makna yang terkandung pada rumusan diatas. Defenisi kurikulum dalam pendidikan
adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempu atau diselesaikan oleh
peserta didik untuk memperoleh Ijajah.
Rumusan
dan batasan kurikulum itulah yang pertama kali digunakan dalam bidang
pendidikan. Atas batasan itu pula sebagian besar para praktisi pendidikan
asampai saat ini memamndang bahwa kurikulum tidak lain sejumlah pelajaran yang
diajarkan disekolah – sekolah. Memperhatikan batasan kurikulum diatas tersirat
dua hal pokok.
1.
Isis kurikulum yang
memuat sejmlah mata pelajaran.
2.
Tujuan kurikulum yaitu :
untuk menguasai sejumlah mata pelajaran.
Pendidikan
mempunyai peranan penting di seluruh aspek kehidupan manusia. Hal itu
disebabkan karena pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan
kepribadian manusia. Kalau bidang-bidang lain seperti ekonomi, pertanian,
arsitektur dan lain sebagainya berperan menciptakan sarama dam prasarana bagi
kepentingan manusia, pendidikan
berkaitan langsung dengan pembentukan karakter manusia. Pendidikan menentukan
model manusia yang akan dihasilkannya.
Perwujudan masyarakat yang berkualitas menjadi tanggung
jawab pendidikan terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek yang
makin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri
dan professional pada bidangnya masing-masing. Hal tersebut diperlukan terutama
untuk mengantisipasi era globalisasi, khususnya globalisasi pasar bebas di
lingkungan Negara-negara ASEAN dan ASIA seperti AFTA, ACFTAdan lain-lain. Oleh
karena itu pendidikan memerlukan sendi-sendi yang kuat dan pengaturan yang baik
agar tujuan pendidikan nasional untuk membentuk karakter anak bangsa tercapai.
Kurikulum merupakan salah satu sendi tersebut.
Menurut Tanner dan Tanner (dalam Miller dan Seller, 1985),
kurikulum adalah rekonstruksi pengetahuan dan pengalaman secara sistematis yang
dikembangkan di lingkungan sekolah (univesitas) untuk memampukan siswa mencapai
kontrol atas pengetahuan dan pengalamannya. Sedangkan dalam arti luas, kurikulum
diartikan sebagai segala sesuatu yang terjadi dalam lingkungan sekolah. Ada
pula yang mengartikan kurikulum sebagai interaksi antara guru dan siswa yang
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan yang spesifik.
Berdasarkan sejumlah pengertian tentang kurikulum di atas
dapat disimpulkan bahwa kurikulum memuat tentang bagaimana cara mengelola
hubungan guru-siswa agar tujuan pendidikan tercapai. Untuk itu diperlukan
adanya 4 komponen kurikulum yaitu tujuan, organisasi materi, proses
belajar-mengajar, dan evaluasi.
Untuk mencapai pendidikan yang berkualitas maka kurikulum
yang diterapkan perlu untuk dikembangkan. Agar suatu kurikulum dapat
dikembangkan maka perlu terlebih dahulu untuk dianalisis. Hal yang perlu
dianalisis pertama kali adalah komponen-komponen kurikulum itu sendiri, apakah
sudah seiring sejalan dan mendukung atau sebaliknya. untuk tujuan itulah maka
makalah ini ditulis oleh penulis.
Makalah ini merupakan hasil analisis penulis terhadap
komponen kurikulum yang berlaku di Fakultas Psikologi USU, institusi dimana
penulis bekerja. Teori yang digunakan untuk landasan analisa adalah teori
posisi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Posisi
Berdasarkan
orientasinya, posisi kurikulum dapat dibedakan menjadi 3 yaitu transmisi,
transaksi dan transformasi.
1.
Posisi Transmisi
Dalam
posisi transmisi, fungsi pendidikan adalah untuk mentransmisikan fakta,
keterampilan dan nilai-nilai kepada siswa. secara spesifik, orientasi ini
menekankan pada pendalaman mata pelajaran sekolah tradisional melalui
metodologi pengajaran tradisional dan belajar melalui buku teks. Pemerolehan
keterampilan dasar siswa dan nilai-nilai budaya tertentu dikembangkan melalui
strategi pembelajaran khusus. Dalam posisi ini, proses komunikasi bersifat satu
arah dimana materi diberikan dari guru kepada siswa.
Posisi
ini berhubungan dengan metode belajar menghapal. Akar filosofisnya adalah
positivism logis yang berfokus pada pemecahan bahasa kedalam komponen-komponen
yang dapat dianalisis dan diverifikasi.
Dasar
psikologis dari posisi transmisi adalah psikologi perilaku khususnya Thorndike
dan Skinner yang menekankan pada pemecahan masalah aktivitas manusia kedalam respon-respon
spesifik yang dapat digunakan untuk memprediksi dan mengontrol perilaku
manusia.
Secara
social, posisi transmisi dapat dihubungkan dengan berbagai bentuk filosofi
politik konservatif yang menyukai nilai-nilai tradisional.
2.
Posisi Transaksi
Dalam posisi transaksi,
individu dipandang sebagai sosok yang rasional dan mampu memecahkan masalah
secara cerdas. Pendidikan dipandang sebagai dialog antara siswa dan kurikulum
dimana siswa merekonstruksi pengetahuan-pengetahuannya melalui proses dialog.
Elemen sentral dalam posisi transaksi adalah penekanan pada strategi kurikulum
yang memfasilitasi pemecahan masalah, aplikasi keterampilan pemecahan masalah
dalam konteks social, dan perkembangan keterampilan kognitif dalam disiplin
akademis.
Paradigm filosofis
posisi transaksi adalah metode ilmiah. Sedangkan akar filosofisnya adalah
pragmatismenya John Dewey. Posisi transaski ini juga memiliki akar psikologis
dalam teori-teori perkembangan kognitif Piaget dan Kohlberg.
3.
Posisi Transformasi
Metaorientasi transformasi berfokus pada perubahan personal
dan social. Posisi ini meliputi 3 orientasi spesifik yaitu keterampilan
mengajar untuk mempromosikan transformasi personal dan social, visi perubahan
social sebagai pergerakan menuju harmoni dengan lingkungan, dan atribusi dimensi spiritual terhadap
lingkungan dimana sistem ekologis dihormati.
Paradigm posisi transformasi adalah konsepsi saling ketergantungan
secara ekologis yang menekankan pada fenomena yang saling berhubungan. Siswa
dan kurikulum dipandang sebagai sesuatu yang saling mempenetrasi dalam perilaku
holistic.
Akar filosofis posisi trasnformasi adalah transendentalisme,
mistisime dan sejumlah bentuk eksistensialisme. Posisi ini merepresentasikan
filosofi perennial yang menganggap bahwa semua fenomena merupakan bagian dari
keseluruha yang saling berhubungan.
Akar psikologis dari posisi trasnformasi adalah psikologi
humanistis dan transpersonal yang menekankan pada pemenuhan ego dan level
spiritual.
B. Kurikulum Pendidikan
Olahraga
Terlampir
C. Analisa Komponen
Kurikulum Berdasar Teori Posisi
No
|
Komponen
|
Kurikulum Pendidikan Olahraga
|
Posisi
|
Keterangan
|
1.
|
Tujuan
|
TIU:
Siswa diharapkan :
a. memperoleh pemahaman
tentang ilmu olahraga, ruang lingkup kajian
ilmu olahraga dan kaitan olahraga dengan ilmu lain;
b. mengenal dan memahami
sejarah Perkembangan ilmu olahraga
beserta tokoh-tokohnya;
c. mendapatkan pemahaman
tentang bidang-bidang kajian dalam ilmu olahraga (perkembangan, klinis,
industri dan organisasi dan
pendidikan)
|
Transmisi
|
Transfer of learning
terjadi satu arah dari guru/kurikulum ke siswa
|
2.
|
Organisasi Materi
|
a.
Definisi olahraga
b.
Sejarah perkembangan olahrag
c.
Area dalam ilmu olahraga
d.
Berbagai sudut pandang
(aliran) para ilmuan olahraga
e.
Dasar-dasar biologis perilaku
f.
Persepsi
g.
Kesadaran manusia
h.
Kepribadian manusia
i.
Olahraga Terafi
j.
olahraga dan dunia kerja
k.
olahraga sebagai pendidikan
|
Transmisi
|
Focus orientasi kepada materi, bukan kepada
proses berpikir/pemecahan masalah dan perasaan siswa
|
3.
|
Proses belajar
|
Metode pembelajaran :
·
Diskusi
·
Demonstarsi
|
Transaksi
|
Metode pembelajaran menstimulasi siswa untuk
menggali dan menyelidiki materi secara langsung dan guru berperan sebagai
fasilitator yang merangsang siswa untuk menggali lebih dalam materi secara
individual.
|
4.
|
Evaluasi
|
·
Kontribusi
siswa (10%)
·
Tugas Demonstrasi (10%)
|
Transaksi
|
Memandang bahwa siswa bukan sosok yang pasif
yang hanya sekadar menerima materi namun juga mampu berpikir sehingga dapat
berperan aktif dalam proses pembelajaran.
|
Berdasarkan tabel di
atas dapat terlihat bahwa ada ketidakselarasan posisi antar komponen kurikulum
yang diterapkan pada mata pelajaran Olahraga. terdapat dua orientasi dalam
kurikulum di atas yaitu transmisi dan transaksi. Tujuan dan pengorganisasian
materi berorientasi pada transmisi yang berarti bahwa focus pembelajaran lebih
kepada pendalaman matapelajaran melalui metodologi pengajaran tradisional dan
belajar melalui buku teks. Namun pada saat proses pembelajaran dilaksanakan,
metode yang diterapkan berorientasi pada transaksi dimana siswa terlibat secara
aktif dalam proses pembelajaran dan diberi kesempatan untuk dapat menganalisis
dan memecahkan persoalan yang ada melalui kasus pada saat demontrasi. Padahal
bila selaras dengan tujuan dan organisasi materi maka seharus metode
pembelajaran berupa ceramah dan demontstarsi dimana komunikasi hanya satu arah
dari guru kepada siswa. Begitu pula dengan bentuk evaluasi yang diberikan yang
berorientasi pada transaksi dimana keterlibatan dan partisipasi siswa turut
diperhatikan dan dievaluasi. Padahal bila selaras dengan orientasi pada
komponen tujuan dan pengorganisasian materi, penilaian hanya dilihat dari hasil
tes belajar di tengah dan akhir semester tanpa mempertimbangkan partisipasi siswa
dalam proses pembelajaran.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil analisa di BAB II maka dapat disimpulkan bahwa ada ketidakselarasan
posisi antar komponen kurikulum yang diterapkan pada mata pelajaran olahraga.
kurikulum tersebut memiliki dua orientasi yaitu transaksi dan transmisi.
Komponen tujuan dan pengorganisasian materi berorientasi pada transmisi
sedangkan proses belajar mengajar dan evaluasi berorientasi pada transaksi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka perlu
kiranya dilakukan perbaikan kurikulum pada mata pelajaran olahraga agar posisi
kurikulumnya selaras sehingga tujuan pendidikan mata pelajaran ini dapat
tercapai secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Miller, J.P., Seller, W. Curriculum : Perspective and Practice. 1985. New York : Longman Inc
Kurikulum Berbasis Kopetensi Tingkat SMP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar